- Home >
- Novel Angkatan 20-An ( BALAI PUSTAKA)
Posted by : Sri Rafiah
Rabu, 10 Februari 2016
A. Novel Angkatan 20-An ( BALAI PUSTAKA)
1. Judul :SALAH ASUHAN
Penulis : Abdul Muis
Tahun : 1928
Hanafi,
laki-laki muda asli minangkabau, berpendidikan tinggi dan berpandangan
kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah bangsanya sendiri. Dari
kecil hanafi berteman dengan Corrie du Busse, gadis indo-Belanda yang amat
cantik parasnya. Karena selalu bersama-sama merekapun saling mencintai. Tapi
cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbedaan bangsa. Jika orang
Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda maka mereka akan dijauhi oleh para
sahabatnya dan orang lain. Untuk itu Corrie pun meninggalkan minangkabau dan
pergi ke Betawi. Perpindahan itu sengaja ia lakukan untuk menghindar dari
hanafi dan sekaligus untuk meneruskan sekolahnya. Akhirnya ibu hanafi ingin
menikahkan hanafi dengan Rapiah. Rapiah adalah sepupu hanafi, gadis minangkabau
sederhana yang berperangai halus, taat pada tradisi dan adatnya. Ibu hanafi
ingin menikahkan hanafi dengan Rapiah yaitu untuk membalas budi pada ayah
Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah hanafi. Awalnya hanafi tidak mau
karena cintanya hanya untuk Corrie saja. Tapi dengan bujukan ibunya walaupun
terpaksa ia menikah juga dengan Rapiah. Karena hanafi tidak mencintai Rapiah,
di rumah Rapiah hanya diperlakukan seperti babu, mungkin hanafi menganggap
bahwa Rapiah itu seperti tidak ada apabila banyak temannya orang Belanda yang
datang kerumahnya. Hanafi dan Rapiah dikaruniai seorang anak laki-laki, yaitu
Syafe’i. Suatu hari hanafi digigit anjing gila, maka ia harus berobat ke Betawi
agar sembuh. Di Betawi hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Disana, hanafi
menikah dengan Corrie dan mengirim surat pada ibunya bahwa dia menceraikan
Rapiah. Ibu hanafi dan Rapiah pun sangat sedih tetapi walaupun hanafi seperti
itu, Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal dengan ibu hanafi. Perkawinwnnya
dengan Corrie ternyata tidak bahagia, samapai-sampai Corrie dituduh suka
melayani laki-laki lain oleh hanafi. Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi
dari rumah menuju Semarang. Corrie sakit kholera dan meninggal dunia, hanafi
sangat menyesal telah menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian
Corrie, hanafi pun pulang kembali kekampung halamannya dan menemui ibunya.
Disana hanafi hanya diam saja. Seakan-akan hidupnya sudah tidak ada artinya
lagi. Hanafi sakit, kata dokter ia minum sublimat (racun) untuk mengakhiri hidupnya,
dan akhirnya dia meninggal dunia.
2. Judul :AZAB
DAN SENGSARA
Penulis : Merari Siregar
Tahun : 1920
Novel yang
berjudul “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar ini menceritakan kisah
kehidupan seorang anak gadis bernama Mariamin. Mariamin tinggal dipondok bambu
beratapkan ijuk dekat sungai yang mengalir di tengah-tengah kota Sipirok. Di
waktu senja Mariamin atau yang biasa dipanggil Riam seperti biasanya duduk di
sebuah batu besar di depan rumahnya menunggu kekasih nya datang. Mariamin sangat
sedih karena Aminu’ddin, kekasihnya itu menemuinya untuk berpamitan sebab dia
akan pergi ke Medan untuk mencari pekerjaan supaya dia bisa menikahi kekasihnya
itu dan bisa mengeluarkan Mariamin dan keluarganya dari kesengsaraan.
Aminuddin
seorang anak muda berumur delapan belas tahun.
Dia adalah
anak kepala kampung A. Ayah Aminu’ddin seorang kepala kampung yang terkenal di
seantero Sipirok. Harta bendanya sangat banyak. Adapun kekayaannya itu berasal
dari peninggalan orangtuanya tetapi karena rajin bekerja, maka hartanya
bertambah banyak. Ayah Aminu’ddin mempunyai budi yang baik. Sifat-sifatnya itu
menurun pada anak laki-laki satu-satunya, Aminu’ddin. Aminuddin bertabiat baik,
pengiba, rajin, dan cerdas.
Setelah
Aminu’ddin pulang, Mariamin pun masuk kedalam rumahnya untuk menyuapi ibunya
yang sedang sakit.
Mariamin tidak
ingin membuat ibunya sedih oleh karena itu ia berusaha untuk menyembunyikan
kesedihannya karena harus berpisah dengan orang yang dicintainya walaupun itu
hanya sementara. Ibunya sangat mengenal gadis itu sehingga dia mengetahui kalau
Mariamin sedang bersedih. Ibunya mengira kesedihan anaknya itu karena dia
sedang sakit sebab sakitnya ibu Mariamin sudah lama sekali. Setelah selesai
menyuapi ibunya, Mariamin pergi ke kamarnya untuk tidur. Mariamin tidak dapat
memejamkan matanya, Pikirannya melayang mengingatkan masa lalunya ketika dia
masih kecil.
Dahulu ayah
Mariamin, Sutan Baringin adalah seorang yang terbilang hartawan dan bangsawan
di seantero penduduk Sipirok. Akan tetapi karena ia suka berperkara, maka harta
yang banyak itu habis dan akhirnya jatuh miskin dan hina. Berapa kali Sutan
Baringin dilarang istrinya supaya berhenti berpengkara, tetapi tidak
diindahkannya ia malah lebih mendengarkan perkataan pokrol bambu tukang
menghasut bernama Marah Sait. Ibu Mariamin memang seorang perempuan yang
penyabar, setia sederhana dan pengiba berlawanan dengan Sutan Baringin,
suaminya yang pemarah, malas, tamak , angkuh dan bengis. Mariamin dan
Aminu’ddin berteman karib sejak kecil apalagi mereka masih mempunyai hubungan
saudara sebab ibu Aminu’ddin adalah ibu kandung dari Sutan Baringin, ayah
Mariamin ditambah lagi Mariamin sangat berhutang budi kepada Aminu’ddin karena
telah menyelamatkan nyawanya ketika Mariamin hanyut di sungai. Setelah 3 bulan
Aminu’ddin berada di Medan, dia mengirimkan surat kepada Mariamin
memberitahukan kalau dia sudah mendapat pekerjaan, Mariamin pun membalas surat
dari Aminu’ddin tersebut. Mariamin sangat bahagia menerima surat dari
Aminu’ddin yang isinya menyuruh Mariamin untuk berkemas karena Aminu’ddin telah
mengirim surat kepada orangtuanya untuk datang ke rumah Mariamin dan mengambil
dia menjadi istrinya serta mengantarkannya ke Medan. Tetapi ayah Aminu’ddin
tidak menyetujui permintaan putranya itu, biarpun istrinya membujuknya supaya
memenuhi permintaan Aminu’ddin. Mariamin sudah mempersiapkan jamuan untuk
menyambut kedatangan orang tua Aminu’ddin. Akan tetapi yang ditunggu tidak
kunjung datang, malah yang datang adalah surat permintaan maaf dari Aminu’ddin.
Dalam surat itu memberitahukan kalau kedua orang tua nya sudah berada di Medan
dengan membawa gadis lain sebagai calon istrinya. Aminuddin sangat kecewa dan
hatinya hancur tetapi dia tidak bisa menolak karena tidak ingin mempermalukan
orang tuanya dan dia tidak mau durhaka pada orangtua. Mariamin gadis yang
solehah itu menerima maaf Aminu’ddin, dia menerima semuanya sebagai nasibnya
dan harapannya untuk keluar dari kesengsaraan pun sudah pudar. Setelah dua
tahun lamanya Mariamin pun menikah dengan orang yang belum dikenalnya, pria itu
bernama Kasibun. Usia Kasibun agak tua, tidak tampan dan dia pintar dalam tipu
daya, selain itu dia juga mengidap penyakit mematikan yang mudah menular pada
pasangannya.
Aminu’ddin
mengunjungi Mariamin di rumah suaminya ketika itu suaminya sedang bekerja di
kantor. Kasibun sangat marah setelah dia mengetahui kedatangan Aminu’ddin
apalagi ketika Mariamin menolak berhubungan suami-istri. Suaminya yang bengis
itu tidak segan-segan menamparnya, memukulnya dan berbagai penyiksaan lainnya.
Akhirnya karena
dia sudah tidak tahan lagi Mariamin melaporkan perbuatan suaminya itu pada
polisi. Sampai akhirnya mereka bercerai. Kesudahannya Mariamin terpaksa Pulang
ke negrinya membawa nama yang kurang baik, membawa malu, menambah azab dan
sengsara yang bersarang di rumah kecil yang di pinggir sungai Sipirok.
Hidup Mariamin
sudah habis dan kesengsaraannya di dunia sudah berkesudahan. Azab dan Sengsara
dunia ini sudah tinggal di atas bumi, berkubur dengan jazad badan yang kasar
itu
3. Judul :
PERTEMUAN JODOH
Karya : Abdul Moies
Angkatan : 20-an ( balai pustaka )
Ratna,
berkenalan dengan pemuda bernama Suparta di kereta, dalam perjalanan dari
Jakarta ke Bandung. Perkenalan Ratna dan Suparta cukup berkesan bagi sepasang
anak muda itu. Selanjutnya mereka sepakat untuk melanjutkan hubungan lewat
surat.Beberapa bulan kemudian, Suparta mengutarakan keinginannya untuk
memperistri Ratna. Kemudian Ratna membalasnya dan menyambut baik niat Suparta.
Sambutan Ibu
Suparta ternyata tidak begitu ramah. Ratna kecewa terhadap sikap Nyai Raden
Tedja Ningrum yang memandangnya dengan sinis, Setelah kejadian itu, Ratna
bertekad untuk melupakan Suparta. Berita pertunangan Suparta dengan Nyai Raden
Siti Halimah tidak membuatnya putus asa. Namun kemalangan lain terpaksa harus
ia terima. Usaha pembakaran kapur milik ayahnya, Tuan Atmaja, bangkrut.
Akibatnya Ratna memutuskan untuk keluar dari sekolahnya karena tidak ada
biaya.Ia pun kemudian berusaha mencari pekerjaan. Namun baru empat bulan ia
bekerja, toko itu harus ditutup atas perintah pengadilan. Akhirnya ia menjadi
pembantu Tuan dan Nyonya Kornel.
Selama Ratna
menjadi pembantu keluarga Kornel, berbagai cobaan harus diterimanya dengan
tabah. Kehadirannya dalam keluarga itu tidak luput dari rasa iri Jene, pembantu
yang juga bekerja pada keluarga Kornel. Suatu ketika Ratna sakit dan dirawat di
Rumah sakit, Secara kebetulan dokter yang merawat Ratna adalah Suparta.
Pertemuan itu tentu saja membesarkan hati keduanya. Keyakinan Suparta bahwa
Ratna tidak bersalah, ikut mempercepat kesembuhan wanita muda itu. Untuk
memulihkan nama baik Ratna, Suparta menyiapkan seorang pengacara terkenal untuk
mendampingi gadis pujaannya di pengadilan, karena Ratna masih harus berurusan
dengan penegak hukum.
Di pengadilan,
terbukti bahwa Ratna tidak bersalah. Pencuri perhiasan Nyonya Kornel ternyata
adalah Amat, kekasih Jene. Pembantu keluarga Kornel yang bernama Jene itu
diduga diperalat oleh kekasihnya. Pengadilan juga memutuskan bahwa Amat
bersalah dan diganjar 5 tahun penjara. Sementara itu, Jene tidak dikenakan
hukuman walaupun sebenarnya harus dituntut.
Sidang
pengadilan juga telah mempertemukan Ratna dengan Sudarma, adiknya, schatter
pegadaian Purwakarta yang bertindak sebagai saksi pertama. Lalu atas kesepakatan
Suparta dan Sudarma, Ratna disuruh beristirahat di sebuah paviliun “Bidara
Cina”. Gadis itu tidak diizinkan bertemu dengan sembarang orang, kecuali
Suparta yang setiap sore datang memeriksa kesehatannya. Lambat laun, kesehatan
Ratna mulai pulih. Ia juga mulai dapat mengingat-ingat segala sesuatunya
termasuk hubungannya dengan Suparta
Begitu Ratna
meninggalkan tempat peristirahatannya, Suparta langsung melamarnya. Tuan
Atmadja sekeluarga berkumpul di rumah Sudarma menyelenggarakan pesta perkawinan
anaknya dengan Dokter Suparta. Kebahagiaan pengantin baru itu bertambah lagi
ketika mereka pulang ke Tagogapu. Rumah ayah Ratna kini lebih besar
dibandingkan sebelumnya. Keadaan Tuan Atmaja sekarang sudah lebih baik berkat
bantuan kedua anaknya.
4. Judul :
ROBERT ANAK SURAPATI
Pengarang : Abdoel Moeis
Angkatan : 20- an
Robert adalah
seorang anak yang terlahir dari hasil percintaan secara diam-diam seorang ibu
keturunan Belanda dengan seorang ayah keturunan Jawa. Ibu Robert meninggal di
atas kapal Dolfijn dalam perjalanan pulang ke negeri Belanda, kemudian Robert
di asuh dan dijadikan anak angkat Tuan van Reijn seorang saudagar kaya
keturunan Belanda.
Robert
mengetahui bahwa dirinya bukanlah anak kandung dari Tuan van Reijn dari surat
ayah angkatnya yang ditulis sebelum meninggal dunia. Robert pun akhirnya
meninggalkan rumah berpetualang dan akhirnya menjadi serdadu yang siap
menjajah.
Dalam surat
yang dititipkan ibunya kepada tuan van Reijn dinyatakan bahwa ayah Robert
adalah keturunan Jawa. Dalam petualangannya Robert menjadi serdadu Belanda yang
ditugaskan menjadi mata-mata Belanda untuk sebuah penyerangan ke daerah
Pasuruan untuk mengetahui kekuatan Surapati. Dalam tugas itu Robert ditangkap
dan dipenjarakan. Melalui bekal yang diberi ibunya Robert diketahui Surapati
ternyata Robert adalah anak kandungnya.
Selama dalam
tahanan Robert dilayani dengan ramah dan ditempatkan di ruang yang mewah tidak
seperti tahanan yang lain. Surapati mengambil beberapa upaya untuk meyakinkan
Robert bahwa dirinya adalah anak kandungnya, namun Robert sangat tidak menerima
hal ini.
Surapati
akhirnya mati setelah penyerangan Belanda, kemudian Robert pun dilepaskan dan
diantarkan ke perbatasan oleh saudaranya atas wasiat ayahnya Surapati. Robert
yang merasa belum mendapat kehormatan, ia ingin ikut berperang. Digna sangat
berat melepas Robert, ia tak mau kehilangan orang yang ia sayang. Setelah lama,
Digna mendengar kabar bahwa Robert gugur dalam medan perang, ia terkenal karena
perjuangannya. Dan akhirnya Robert pun gugur sebagai pahlawan.
Buku ini
sangat populer hingga saat ini karena memiliki kekhasan dari gaya
penceritaannya. Di dalamnya banyak sekali terdapat amanat amanat yang dapat
kita petik. Konflik yang diceritakan sederhana namun dapat di kemas dalam
bentuk cerita yang sangat menarik sehingga pembaca tidak akan bosan untuk
membacanya berulang kali
5. Judul :
SITI NURBAYA
Penulis : Marah Rusli
Penerbit : 20- an (Balai Pustaka)
Tahun :1920
Novel ini
boleh jadi merupakan salah satu karya terbesar anak bangsa bahkan sampai saat
ini. Harus diakui bahwa Marah Rusli telah menyusupkan karyanya bahkan ke dalam
sistem budaya bangsa Indonesia. Anda tentu mengerti jika orang-orang berkata
“Jangan seperti Sitti Nurbaya” atau “Aku bukan Sitti Nurbaya”. Tokoh Sitti
Nurbaya juga kisahnya memang melekat erat dalam benak masyarakat Indonesia. Ia
seolah menjadi simbol abadi kasih yang terpaksa, kasih yang tak sampai, kasih
yang penuh pertentangan keluarga. Pernah membaca novel apik ini?
Patut
disayangkan jika Anda belum pernah melahap abjad demi abjad dalam buku ini.
Kisahnya klasik memang, tentang cinta remaja tokoh Sitti Nurbaya dengan seorang
pemuda minang bernama Samsulbahri. Sitti Nurbaya sendiri merupakan anak dari
seorang bangsawan Baginda Sulaiman sementara itu Samsulbahri adalah anak
pembesar bernama Sutan Mahmud Syah. Mereka saling mencintai diam-diam.
Pengakuan baru muncul saat Samsulbahri hendak pergi ke Batavia untuk menuntut
ilmu. Mereka menghabiskan waktu lama berdua di perbukitan dan saat hendak
berpisah Samsulbahri mencium Sitti Nurbaya di depan rumahnya. Hal ini
tertangkap oleh ayah Sitti Nurbaya yang seketika berang. Demikian pula dengan
masyarakat sekitar. Samsulbahri kemudian dikejar dan keluar dari Padang menuju
Batavia.
Tokoh lainnya
bernama Datuk Maringgih. Ia seorang yang terpandang di desanya. Bahkan
merupakan saingan ayah Siti Nurbaya, Baginda Sulaiman. Datuk Maringgih
menyimpan rasa dengki atas keberhasilan bisnis Ayah Sitti Nurbaya. Ia kemudian
berbuat hal jahat menjatuhkan usaha Baginda Sulaiman dan membuatnya bangkrut
tak berdaya. Tak berhenti sampai di situ, Datuk Maringgih juga membuat ayah
Sitti Nurbaya berutang banyak padanya. Saat Datuk Maringgih datang memaksa
keluarga Sitti Nurbaya membayar utang, ia kemudian menawarkan diri untuk menikah
dengan sang Datuk asalkan semua utang ayahnya dianggap lunas tanpa sisa. Dengan
beberapa pertimbangan, akhirnya Datuk Maringgih menerima penawaran tersebut.
Sitti Nurbaya
dan Datuk Maringgih akhirnya menikah jua, namun karena perlakuan sang suami
yang dianggap kasar, akhirnya Sitti Nurbaya lari ke Batavia dan bertemu dengan
Samsulbahri di sana. Mereka kembali jatuh cinta sampai suatu saat Siti Nurbaya
menerima surat dari desa yang menyatakan bahwa ayahnya telah meninggal. Ia
akhirnya kembali ke Padang dan meninggal di sana akibat keracunan kue yang
diberikan oleh Datuk Maringgih. Samsulbahri sangat terpukul dan mencoba bunuh
diri tetapi tak bisa. Pada akhirnya, di suatu kesempatan, ia berhasil
membalaskan dendamnya.
Menurut
bebrapa pengamat sastra, novel ini tidak menggunakan gaya penuturan Marah Rusli
yang sebenarnya sebab pada jaman tersebut semua penulis yang bukunya hendak
diterbitkan oleh Balai Pustaka harus mematuhi “gaya” yang telah mereka
tetapkan. Meski demikian, pemilihan kata Marah Rusli dalam novel ini sangat
memikat meski ia terkesan memilih bahasa yang aman. Dalam novel ini, ia juga
banyak menggunakan pantun untuk menyampaikan persaan, salah satunya adalah:
“Padang
Panjang dilingkari bukit,
bukit
dilingkari kayu jati,
Kasih sayang
bukan sedikit
dari mulut
sampai ke hati”
6. Judul
: ANAK DAN KEMENAKAN
Pengaran : Marah Rusli
Angkatan : 20- an (Balai Pustaka)
Mr. Muhammad
Yatim, dr.Aziz, Puti Bidasari, dan Sitti Nurmala adalah empat orang yang sudah
menjalin persahabatan dari kecil, mereka semua berasal dari keluarga bangsawan.
Selain hubungan persahabtan, diantara kedua pasangan anak muda itu juga
terjalin hubungan antara kekasih. Mr. Muhammad Yatim mencintai Puti Bidasari,
yang merupakan adik angkatnya dan dibesarkan dalam satu keluarga yaitu keluarga
Sutan Alamsyah dan istrinya Sitti Maryam. Sedangkan Sitti Nurmala menjalin
hubungan dengan dr.Aziz. Sitti Nurmala merupakan putri dari saudagar kaya di
Padang yaitu Baginda Mais dan istinya Upik Bunngsu. Sutan Alamsyah sangat
bahagia atas kedatangan anaknya Mr. Yatim dari negeri Belanda yang sudah
menyelesaikan sekolahnya sebagai Hakim Tinggi sehingga dia mendapat gelar
Master Doktor, yang pada saat itu adalah gelar tertinggi di Padang, dan hanya
Mr. Yatim yang mendapat gelar tersebut.
Sutan Alamsyah
Hopjaksa ingin mempersandingkan anaknya Mr. yatim dengan keponakannya Puti
Bidasari yang merupakan anak kakak perempuannya yaitu Putri Renosari dan Sutan
Baheram, tapi lamaran Sutan Alamsyah ditolak, karena mereka tahu asal-usul Mr.
Yatim yang bukan anak kandung Sutan Alamsyah. Mereka kira Mr. Yatim adalah anak
tukang pedati yang miskin, meskipun dibesarkan dan diangkat anak oleh Sutan
Alamsyah bahkan sampai disekolahkan dan mendapat gelar Mester Doktor di Negeri Belanda.
Adat tetap
adat dan selalu membelenggu, mengukung dan membagi dalam tingkat kehidupan
masyarakat, seperti halnya Putri Renosari yang ingin menikahkan anaknya dengan
seorang bangsawan lagi. Bidasari akan dikawinkan dengan turunan bangsawan
tinggi Sutan Malik, kemenakan Sutan Pamenan yang gemar berjudi dan menyabung
ayam.Biaya pernikahan Puti Bidasari dengan Sutan Malik ditanggung oleh Baginda
Mais yang merasa diuntungkan dengan pernikahan Puti Bidasari dan Sutan Malik,
karena kesempatan untuk menikahkan putrinya Sitti Nurmala dengan Mr. Yatim
terbuka lebar. Akankah Mr. Yatim menikah dengan Bidasari ataukah akan
bersanding dengan Sitti Nurmala sebagaimana permintaan ayah angkatnya Sutan
Alamsyah, sedangkan Sitti Nurmala adalah kekasih dr. Aziz yang merupakan
sahabat karibnya dari kecil.
7. Judul
:SENGSARA MEMBAWA NIKMAT
Penulis : TULIS SUTAN SATI
Tahun : 1928
Seorang pemuda
bernama Kacak, karena merasa Mamaknya adalah seorang Kepala Desa yang dikuti,
selalu bertingkah angkuh dan sombong. Dia suka ingin menang sendiri. Kacak
paling tidak senang melihat orang bahagia atau yang melebihi dirinya. Kacak
kurang disukai orang-orang kampungnya karena sifatnya yang demikian. Beda
dengan Midun, walaupun anak orang miskin, namun sangat disukai oleh orang-orang
kampungnya. Sebab Midun mempunyai perangai yang baik, sopan, taat agama, ramah
serta pintar silat. Midun tidak sombong seperti Kacak.
Karena Midun
banyak disukai orang,
maka Kacak
begitu iri dan dengki pada Midun. Kacak sangat benci pada Midun. Sering dia
mencari kesempatan untuk bisa mencelakakan Midun, namun tidak pernah berhasil.
Dia sering mencari gara-gara agar Midun marah padanya, namun Midun tak pernah
mau menanggapinya. Midun selalu menghindar ketika diajak Kacak untuk berkelahi.
Midun bukan takut kalah dalam berkelahi dengan Kacak, karena dia tidak senang
berkelahi saja. Ilmu silat yang dia miliki dari hasil belajarnya pada Haji
Abbas bukan untuk dipergunakan berkelahi dan mencari musuh tapi untuk membela
diri dan mencari teman.
Suatu hari
istri Kacak terjatuh dalam sungai. Dia hampir lenyap dibawa arus. Untung waktu
itu Midun sedang berada dekat tempat kejadian itu. Midun dengan sigap menolong
istri Kacak itu. Istri Kacak selamat berkat pertolongan Midun. Kacak malah
balik menuduh Midun bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Air susu dibalas
dengan air tuba. Begitulah Kacak berterima kasih pada Midun. Waktu itu Midun
menanggapi tantangan itu. Dalam perkelahian itu Midun yang menang. Karena
kalah, Kacak menjadi semakin marah pada Midun. Kacak melaporkan semuanya pada
Tuanku Laras. Kacak memfitnah Midun waktu itu, rupanya Tuanku Laras percaya
dengan tuduhan Kacak itu. Midun mendapat hukuman dari Tuanku Laras.
Midun diganjar
hukuman oleh Tuanku Laras, yaitu harus bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa
mendapat gaji. Sedangkan orang yang ditugaskan oleh Tuanku Laras untuk mengwasi
Midun selama menjalani hukuman itu adalah Kacak. Mendapat tugas itu, Kacak
demikian bahagia. Kacak memanfaatkan untuk menyiksa Midun. Hampir tiap hari
Midun diperlakukan secara kasar. Pukulan dan tendangan Kacak hampir tiap hari
menghantam Midun. Juga segala macam kata-kata hinaan dari Kacak tiap hari
mampir di telinga Midun. Namun semua perlakuan itu Midun terima dengan penuh
kepasrahan.
Walaupun Midun
telah mendapat hukuman dari Mamaknya itu, namun Kacak rupanya belum puas juga.
Dia belum puas sebab Midun masih dengan bebas berkeliaran di kampung utu. Dia
tidak rela dan ikhlas kalau Midun masih berada di kampung itu. Kalau Midun
masih berada di kampung mereka, itu berarti masih menjadi semacam penghalang
utama bagi Kacak untuk bisa berbuat seenaknya di kampung itu. Untuk itulah dia
hendak melenyapkan Midun dari kampung mereka untuk selama-lamanya.
Untuk
melaksanakan niatnya itu, Kacak membayar beberapa orang pembunuh bayaran untuk
melenyapkan Midun. Usaha untuk melenyapkan Midun itu mereka laksanakan ketika
di kampung itu diadakan suatu perlombaan kuda. Sewaktu Midun dan Maun sedang
membeli makanan di warung kopi di pinggir gelanggang pacuan kuda itu,
orang-orang sewaan Kacak itu menyerang Midun dengan sebelah Midun pisau.
Tapi untung
Midun berhasil mengelaknya. Namun perkelahian antar mereka tidak bisa
dihindari. Maka terjadilah keributan di dalam acar pacuan kuda itu. Perkelahian
itu berhenti ketika polisi datang. Midun dan Maun langsung ditangkap dan dibawa
ke kantor polisi.
Setelah
diperiksa, Maun dibebaskan. Sedangkan Midun dinyatakan bersalah dan wajib
mendekam dalam penjara. Mendengar kabar itu, waduuh betapa senangnya hati
Kacak. Dengan Midun masuk penjara, maka dia bisa dengan bebas berbuat di
kampung itu tanpa ada orang yang berani menjadi penghalangnya.
Selama di
penjara itu, Midun mengalami berbagai siksaan. Dia di siksa oleh Para sipir
penjara ataupun oleh Para tahanan yang ada dalam penjara itu. Para tahanan itu
baru tidak berani mengganggu Midun ketika Midun suatu hari ber¬hasil
mengalahkan si jago Para tahanan.
Karena yang
paling dianggap jago oleh Para tahanan itu kalah, mereka kemudian pada takut
dengan Midun. Midun sejak itu sangat dihormati oleh para tahanan lainnya. Midun
menjadi sahabat mereka.
Suatu hari,
ketika Midun sedang bertugas menyapu jalan, Midun Melihat seorang wanita cantik
sedang duduk duduk melamun di bawah pohon kenari. Ketika gadis itu pergi,
ternyata kalung yang dikenakan gadis itu tertinggal di bawah pohon itu. Kalung
itu kemudian dikembalikan oleh Midun ke rumah si gadis. Betapa senang hati
gadis itu. Gadis itu sampai jatuh hati sama Midun. Midun juga temyata jatuh
hati juga sama si gadis. Nama gadis itu adalah Halimah.
Setelah
pertemuan itu, mereka berdua saling bertemu dekat jalan dulu itu. Mereka saling
cerita pengalaman hidup, Halimah bercerita bahwa dia tinggal dengan seorang
ayah tiri. Dia merasa tidak bebas tinggal dengan ayah tirinya. Dia hendak pergi
dari rumah. Dia sangat mengharapkan suatu saat dia bisa tinggal dengan ayahnya
yang waktu itu tinggal di Bogor.
Keluar dari
penjara, Midun membawa lari Halimah dari rumah ayah tirinya itu. Usaha Midun
itu dibantu oleh Pak Karto seorang sipir penjara yang baik hati. Midun membawa
Halimah ke Bogor ke rumah orang tua Halimah.
Ayah Halimah
orangnya baik. Dia sangat senang kalau Midun bersedia tinggal bersama mereka.
Kurang lebih dua bulan Midun bersama ayah Halimah. Midun merasa tidak enak
selama tinggal dengan keluarga Halimah itu hanya tinggal makan minum saja. Dia
mulai hendak mencari penghasilan. Dia kemudian pergi ke Jakarta mencari kerja.
Dalam Perjalanan ke Jakarta. Midun berkenalan dengan saudagar kaya keturunan
arab. Nama saudagar ini sebenarnya seorang rentenir. Dengan tanpa pikiran yang
jelek-jelek, Midun mau menerima uang pinjaman Syehk itu.
Sesuai dengan
saran Syehk itu, Midun membuka usaha dagang di Jakarta. Usaha Midun makin lama
makin besar.
Usahanya maju
pesat. Melihat kemajuan usaha dagang yang dijalani Midun, rupanya membuat Syehk
Abdullah Al-Hadramut iri hati. Dia menagih hutangnya Midun dengan jumlah yang
jauh sekali dari jumlah pinjaman Midun. Tentu saja Midun tidak bersedia
membayarnya dengan jumlah yang berlipat lipat itu. Setelah gagal mendesak Midun
dengan cara demikian, rupanya Syehk menagih dengan cara lain. Dia bersedia
uangnya tidak di¬bayar atau dianggap lunas, asal Midun bersedia menyerahkan
Halimah untuk dia jadikan sebagai istrinya. Jelas tawaran itu membuat Midun
marah besar pada Syehk . Halimah juga sangat marah pada Syehk.
Karena gagal
lagi akhirnya Syehk mengajukan Midun ke meja hijau. Midun diadili dengan
tuntutan hutang. Dalam persidangan itu Midun dinyatakan bersalah oleh pihak
pengadilan. Midun masuk penjara lagi.
Di hari Midun
bebas itu, Midun jalan jalan dulu ke Pasar Baru. Sampai di pasar itu, tiba tiba
Midun melihat suatu keributan. Ada seorang pribumi sedang mengamuk menyerang
seorang Sinyo Belanda. Tanpa pikir panjang Midun yang suka menolong_orang itu,
langsung menyelamatkan Si Sinyo Belanda.itu. Sinyo Belanda itu sangat berterima
kasih pada Midun yang telah menyelamatkan nyawanya itu.
8. Judul
:DIBAWAH LINDUNGAN KA’BAH
Penulis : HAMKA
Tahun : 1938
Seorang pemuda
bernama Hamid, sejak berumur empat tahun telah ditinggal mati ayahnya. Ayah
Hamid mula-mula ialah seorang yang kaya. Karena itu banyak sanak saudara dan
sahabatnya. Tetapi setelah perniagaannya jatuh dan menjadi melarat, tak ada
lagi sanak saudara dan sahabatnya yang datang. Karena sudah tak terpandang lagi
oleh orang-orang sekitarnya itu, maka pindahlah ayah Hamid beserta ibunya ke
kota Padang, yang akhirnya dibuatnya sebuah rumah kecil. Di tempat itulah ayah
Hamid meninggal.
Tatkala Hamid
berumur enam tahun, untuk membantu ibunya ia minta kepada ibunya agar dibuatkan
jualan kue-kue untuk dijajakan setiap pagi.
Di dekat rumah
hamid terdapat sebuah gedung besar yang berpekarangan luas. Rumah itu telah
kosong karena pemiliknya, seorang Belanda, telah kembali ke negerinya. Hanya
penjaganya yang masih tinggal, yakni seorang laki-laki tua yang bernama Pak
Paiman. Tetapi tak lama kemudian, rumah itu dibeli oleh seorang-orang kaya yang
bernama Haji Jakfar. Isterinya bernama Mak Asiah dan anaknya hanya seorang
perempuan saja yang bernama Zainab.
Setiap hari
Hamid dipanggil oleh Mak Asiah karena hendak membeli makanan yang dijualnya
itu. Pad awaktu itu juga ia ditanya oleh Mak Asiah tentang orang tuany6a dan
tempat tinggalnya. Setelah Hamid menjawab pertanyaan itu, Mak Asiah pun meminta
kepada Hamid agar ibunya datang ke rumahnya. Sejak kedatangan ibu Hamid ke
rumah Mak Asiah itulah, maka persahabatan mereka itu menjadi karib dan Hamid
beserta ibunya sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Ketika Hamid
berumur tujuh tahun, ia pun atas biaya Haji Jakfar yang baik hati itu
disekolahkan bersama-sama anaknya, Zainab, yang umurnya lebih muda daripada
Hamid. Pergaulan Hamid dengan Zainab, seperti pergaulan antara kakak dengan
adik saja. Setelah tamat dari SD, Hamid dan Zainab pun sama-sama dilanjutkan
sekolahnya ke Mulo.
Setelah
keduanya tamat dari Mulo, barulah Hamid berpisah dengan Zainab, karena menurut
adat Zainab harus masuk pingitan, sedang Hamid yang masih dibiayai oleh Haji
Jakfar, meneruskan pelajaran ke sekolah agama di Padangpanjang. Di sekolah
itulah Hamid mempunyai seorang teman laki-laki yang bernama Saleh.
Pada suatu
petang, tatkala Hamid pergi berjalan-jalan di pesisir, bertemulah ia dengan Mak
Asiah yang baru datang dari berziarah ke kubur suaminya. Ia naik perahu sewaan
bersama-sama dua orang perempuan tua lainnya. Pada pertemuan itulah Mak Asiah
mengharapkan kedatangan Hamid ke rumahnya pada keesokan harinya, karena ada
suatu hal penting yang hendak dibicarakannya. Setelah Hamid datang pada
keesokan harinya ke rumah Mak Asiah, maka Hamid pun dimintai tolong oleh Mak
Asiah agar ia mau membujuk Zainab untuk bersedia dinikahkan dengan kemenakan
Haji Jakfar yang pada waktu itu masih bersekolah di Jawa. Tetapi permintaan itu
ditolak oleh Zainab dengan alasan ia belum lagi hendak menikah.
Penolakan itu
sebenarnya disebabkan Zainab sendiri telah jatuh cinta kepada Hamid. Bagi Hamid
sendiri, sebenarnya ia cinta kepada Zainab, hanya cintanya itu tidak dinyatakan
berterus terang kepada Zainab. Karena itulah, sebenarnya suruhan Mak Asiah itu
bertentangan dengan isi hatinya. Tetapi karena ia telah berhutang budi kepada
Mak Asiah, maka dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kejadian itu Hamid
pun pulang ke rumahnya, tetapi sejak itu, ia tidak pernah lagi datang ke rumah
Mak Asiah, karena sejak itu ia meninggalkan kota Padang menuju Medan dan
selanjutnya pergi ke tanah Suci Mekah. Dari Medan Hamid berkirim surat kepada
Zainab untuk minta diri pergi menurutkan kemana arah kakinya berjalan. Surat
Hamid itulah yang selalu mendampingi Zainab yang dalam kesepian itu.
9. Judul : La
Hami
Nama Pengarang : Marah Rusli
Angkatan : 20- an
Telah dua
bulan lamanya, Ompu Keli dan istrinya menunggu dengan cemas keberadaan anak
angkatnya La Hami yang telah disuruh pergi olehnya bertandang ke Gunung Donggo.
Perjalanannya mengendarai kuda Sumba dengan senjata parang, tombak, panah,
jerat, dan tanpa membawa bekal makanan. Perjalanannya dari sini ke Kempo
melalui Sanggar, dompo, padende, lalu ke Gunung Soromandi. Di Sanggar, La Hami
di sambut senang oleh Ompu Ito bahkan La Hami diberi bekal makanan olehnya.
Selain perjalanannya ke Gunung Donggo, La Hami juga melakukan perjalanan ke
Bima. Ketika perjalanan ke Bima La Hami mengalami beberapa halangan, La Hami
turun dari Gunung Soromandi ke Bima tanpa menunggang Sumba. Ketika menyeberang
menuju Bima, ikutlah nelayan yang bernama Kifa dan dia menginap di rumahnya. Di
tempat tinggal Kifa kebetulan sedang ada perayaan Maulid Nabi dan upacara
perayaan Sirih Puan yang diramaikan dengan permainan Kuraci (berpukul-pukulan
badan dengan rotan) dan permainan bersepak kaki. Melihat permainan bersepak
kaki La Hami tampaknya pingin mencoba, setelah diladeni jago Wera ternyata
roboh oleh La Hami. Datang orang tinggi besar menahannya untuk berlawanan,
dengan terpaksa karena La Hami dilecehkan, akhirnya dia menuruti tantangan jago
dari Sape tersebut dan akhirnya Sape tersebut kalah. La Hami dipanggil Sultan
Bima yakni Sultan Kamarudin. Di depan pramesuri Sultan, putri-putrinya, dan
para punggawa untuk diberi pekerjaan. Namun, La Hami mohon untuk pulang kampung
Sanggar pamit pada kedua orang tuanya.
Malam hari
Ompu Keli bercerita kepada La Hami tentang asal-usulnya. Diceritakan pada 24
tahun yang lalu, yang menjadi Datuk Rangga di negeri Sumbawa adalah Raja Ajong
atau Ompu Keli dan didampingi sang istri Putri Nakia. Saat itu Raja Sumbawa
adalah Sultan Badrunsyah. Kepergiannya karena keadaan pemerintahan saat itu
tidak stabil. Terjadilah fitnah dari Daeng Matita yang haus jabatan. Ia bekerja
sama dengan Ponto Wanike, seorang pimpinan bajak dari pulau Ragi. Pada suatu
hari, Ompu Keli pergi memancing ke pantai, di situlah, Dewa mendengar tangisan
bayi. Setelah didekati ternyata seorang bayi laki-laki yang berumur sekitar
satu bulan. Diletakan di atas sampan beralaskan tikar jontal yang baik
anyamannya, berkalung dokoh yang terbuat dari mas, berselimutkan sutera
bertekad emas dan semuanya berciri dari Bima. Lalu dibawanya pulang dan di beri
nama La Hami, Ina Rinda atau Putri Nakia merasakan senang karena selama ini tak
berketurunan.
Terdengar
kabar oleh Daeng Matita bahwa Raja Ajong yang menyingkirkan diri dari Sumbawa
kini ada di pantai Sanggar dengan mengganti nama Ompu Keli dan akhirnya timbul
kembali dendam lamanya yang sudah 24 tahun. Daeng Matita akan segera menyerang
Sanggar. Di bagilah tugas mereka dengan Ponto Wanike menyerang pantai Sanggar
dan Daeng Matita menyerang dari arah darat yakni di Lembah Jambu. Perang belum
dimulai namun rencana serangan pasukan sumba telah tercium oleh pasukan Sanggar
sehingga Sanggar telah bersiap-siap. Di kedua belah pihak terdapat pasukan yang
mati dan luka-luka, namun jumlah yang celaka lebih banyak di pihak Sumba.
Dengan gagah berani, Ponto Wanike bisa dibunuh oleh La Hami. Kemudian pasukan
Sanggar menuju lembah Jambu untuk membabantu Raja Ajong dan Lalu Jala, di
tengah perjalanan pasukan yang dipimpin Daeng Matita dihadang oleh pasukan Sanggar
dan peperangan terjadi dengan dahsyatnya. Pasukan Sumba terlihat kewalahan
karena harapan bantuan dari pasukan lain tidak kunjung datang sementara pasukan
Sanggar mendapat bantuan dari Dompo dan Kempo. Semakin paniklah Daeng Matita.
Datanglah pasukan La Hami tambahlah kacau pasukan Sumba. Sebagian besar pasukan
Sumba terbunuh, Daeng Matita melarikan diri setelah menebas rusuk Raja Ajong.
Namun setelah dikejar oleh pasukan Sanggar yang terpencar akhirnya Daeng Matita
bisa dilumpuhkan, sedangkan pasukan yang tersisa diampuni dan kembali ke Sumba.
Sultan
Komarudin yang sedang asik bercengkerama dengan permaisuri Cahya Amin dan
putrinya Putri Sari Langkas, teringatlah bahwa suatu saat tak ada lagi yang
bisa menggantikan baginda karena tak punya anak putra. Anak sulungnya telah
diculiknya 24 tahun yang lalu, sedangkan Putri Sari Langkas adalah putri kedua.
Akhirnya teringatlah sang permaisuri kepada pemuda yang bernama La Hami karena
umur dan perawakannya mirip dengan putra sulungnya bahkan mirip dengan Sultan
Komarudin. Khayalannya dengan La Hami akhirnya membuat penasaran yang semakin
mendalam. Namun, permaisuri tidaklah yakin karena pemuda itu bernama La Hami
yang telah membinasakan Daeng Matita dan Ponto Wanike dari Sumbawa. Cahya Amin
lalu membayangkan dan mencari-cari sebab Ompu Keli ternyata Raja Ajong atau
Datu Ranga Sumbawa dulu yang menyingkir ke pantai Sanggar 24 tahun lalu. Namun,
permaisuri ragu karena Raja Ajong seingat permaisuri tidak punya anak. Akhirnya
permaisuri mengutus pengawal untuk mencari tahu tentang La Hami ke Sanggar.
Beberapa hari kemudian, utusan itu pulang memberi kabar bahwa yang sebenarnya
La Hami adalah anak Ompu keli, Raja Ajong Sanggar yang dulu adalah Datu Ranga
Sumbawa. La Hami adalah anak angkat yang ditemukan di pantai Sanggar ketika
masih berumur sekitar satu bulan dengan tanda-tanda ada sehelai tilam daun
jontal, sehelai selimut buatan Bima, dan dokoh mas yang amat permainya.
Mendengar kabar Cahya Amin sangat gembira karena pastilah La Hami itu putranya
dan dengan segera beberapa hari kemudian menyuruh utusan untuk menjemput La
Hami.
Kabar yang
menyenangkan seisi istana Sanggar ini membuat Raja Sanggar, Sultan Amarullah,
Raja Ajong, Lalu Jala, La Hami, dan Putri Nakia datang menghadap Sultan Abdul
Azis untuk mengabarkan perihal yang sebenarnya. Sebelum datang rombongan dari
Sanggar, terdengarlah kabar kalau Sultan Bima Sultan Kamaruddin akan datang ke
Dompo untuk menjemput putranya La Hami. Perjalanan dari Dompo ke Sanggar,
Sultan Kamaruddin diiring oleh Raja Ajong, Permaisuri Cahya Amin dan Putri Sari
Langkas diiring oleh Putri Nakia, dan La Hami dengan Lalu Jala. Dalam
perjalanan menuju Sanggar terlihatlah pula kalau Lalu Jala menyukai adik La
Hami yakni Putri Sari Langkas. Pada suatu hari, Sultan Bima menyampaikan maksudnya
melamar Putri Nila Kanti untuk La Hami dan Raja Sanggar Sultan Amarullah
melamar Putri Sari Langkas kepada Sultan Bima Sultan Kamaruddin untuk Lalu
Jala. Pada hari yang telah ditentukan, dilangsungkanlah perkawinan keempat
sejolo ini dengan meriah. Beberapa bulan kemudian, La Hami dinobatkan menjadi
Sultan Bima dengan gelar Sultan Abdul Hamid dan Lalu Jala dinobatkan menjadi
Sultan Sanggar dengan gelar Sultan Abdul Jalal.
10. Judul :
APA DAYAKU KARENA AKU SEORANG PEREMPUAN
Penulis : Sutan Nur IskandaTahun : 1923
Angkatan : 20 -an
Aku mau
bersekolah karena Mamaknya orang yang berkuasa. Mamak lebih berkuasa daripada
Bapak. Adat kebiasaan di kampung, kemenakan lebih dahulu ditawarkan oleh
Mamaknya sebelum di berikan orang lain. Mamak meninggal, hilang sudah tempat
pergantunganku. Tunangannya datang ke rumah. Ia ingin pergi ke Jakarta karena
tidak nyaman tinggal di kampung. Ia adalah pengganti Ibu yang sudah meninggal.
Ia berjanji jika sudah setahun ia akan kembali ke kampung. Aku risau, karena
sebagian besar anak laki-laki yang sekolah di Jakarta tidak mau pulang ke
kampung halaman. Teman-teman banyak yang datang mengadu kepadaku akibat menikah
muda. Aku tidak boleh membantah, karena ini adalah kehendak orang tua. Sebagian
besar suami tidak bertanggung jawab atas masalah kawin paksa. Mereka menganggap
perempuan seperti benda yang tidak bernyawa. Semua keluarga pasti malu kalau
anak gadisnya tidak cepat-cepat menikah, tetapi menikah di bawah umur
mendatangkan banyak masalah. Ani adalah perempuan yang berterus terang. Harta
yang ia punya adalah milik Mamaknya dan hasil usaha Bapaknya. Seorang ayah
bersifat otokratik terhadap anak perempuannya, bila ia menyekolahkan anaknya
dan terlibat dengan cinta. Ani terpaksa menulis surat surat untuk kekasihnya
supaya menjemputnya segera, walaupun ia tahu kehidupan kekasihnya belum mapan.
Saat kekasihnya menerima surat, permintaannya belum dapat dikabulkan.
Kekasihnya ingin ia menikah ketika umurnya sudah cukup. Bapak Ani meminta
kekasih Ani untuk megirim ulang surat dan perhelatan akan segera berlangsung.
Kalau tidak mengirim surat putus, ia harus mengirim surat talak untuk
isterinya. Keluarga harus menutup malu jika anak perempuannya tidak cepat-cepat
berkeluarga. Menikah sebelum berpencarian akan menimbulkan masalah besar dalam
keluarga. Pandangan generasi tua selalu berkaitan dengan Agama Islam, menikah
di usia tua seperti meniru orang Belanda. Ayah merasa menyesal karena Mamak
menyekolahkan Ani karena akhirnya Ani tidak menurut dengan orang tua. Sesuatu
yang baru sulit dirubah walaupun ada kebenarannya.
Mamak Datok
Hitam mempunyai pikiran yang sama dengan Ani. Setelah terima surat dari
kekasihnya, Mamak Datok Hitam akan pulang ke kampung dan menjelaskan yang
sebenarnya. Amak Datok Hitam bukanlah Mamak kandung, ia selalu di dengar dan di
hormati masyarakat kampung. Peranan Mamak Datok Hitam adalah memberika budi
pekerti yang lembut, serta memberikan jasa, pendidikan, dan pertanian kepada
kampung. Pikiran Mamak Datok Hitam selalu berkaitan dengan pernikahan usia muda.
Ia selalu diterima dengan 2 cara, dengan setuju, dan disindir secara halus yang
masih kebiasaan rdilakukan oleh masyarakat kampung. Durkana menangguhkan
perkawinan karena ingin menguatkan diri dengan senjata hidup dan Ani yang
berjanji akan menunggu waktu yang tepat. Mak Datok Hitam berperan bahwa
laki-laki harus menaruh belas kasihan terhadap isteri. Mamak datok Hitam
berpendapat bahwa laki-laki lupa dengan perasaan perempuan, seperti orang
bangsawan yang menganiaya kaum perempuan dan orang tua yang ingin beristeri
muda.
B. NOVEL
ANGLATAN 30-AN ( PUJANGGA BARU ) :
1. Judul :
BELENGGU
Karya : ARJJIMIN PANE
Angkatan : 30 -an
Dokter
sukartono menikahdengan seorang perempuanberparas ayu, pintar serta
lincah.Perempuan itu bernama Sumartinidengan panggilan Tini. SebenarnyaDokter
Sukartono tidak mencintaiSumartini. Begitu juga sebaliknyadengan Tini, ia tidak
mencintaiDokter Sukartono. Mereka menikahberdua dengan membawa
alasanmasing-masing. Dokter Sukartonomenikahi Sumartini karenakecantikan, kecerdasan
sertakelincahan yang dimilikinya.Menurut pikiran DokterSukartono perempuan yang
cocokuntuk mendampinginya sebagaiseorang dokter adalah Sumartini.Sumartini
sendiri menikahi DokterSukartono, karena dia hendak melenyapkan sejarah masa
silamnya.Dia berpendapat menikah dengan seorang dokter, maka besarkemungkinan
dia berhasil melupakan masa lalunya yang kelam. Jadikeduanya tidak saling
mencintai. Keduanya mempunyai alasanmasing-masing mengapa mereka sampai jadi
menikah. karenamereka tidak saling mencintai, mereka berdua juga tidak
pernahakrabDokter Sukartono dengan Sumartini jarang sekali bertukarpikiran atau
berbicara. Masalah yang mereka hadapi masing-masingtidak pernah mereka usahakan
dipecahkan secara bersama-samalayaknya suami-istri. Masing-masing memecahkan
masalahnyadengan sendiri-sendiri. Karena hal itu, keluarga ini tidak
harmonisdan terasa hambar, mereka sering salah paham dan sukabertengkar.Ketidak
harmonisan keluarga ini semankin menjadi-jadi sebabDokter Sukartono sangat
bertangung jawab dan mencintaipekerjaannya sebagai seorang dokter. Dia bekerja
menolong orangtanpa mengenal waktu. Jam berapapun pasien yang membutuhkan
2. Judul :
LAYAR TERKEMBANG
Penulis : Sutan Takdir Alisjahbana
Angkatan : 30-an
tuti adalah
putri sulung dari Raden Wiriatmadja. Ia dikenal sebagai seorang gadis yang
berpendirian teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak
Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam, sangat berbeda dengan adiknya,
Maria. Ia seorang gadis yang lincah dan periang.
Suatu hari,
keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihat-lihat akuarium,
mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut dengan
perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi
Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggal di Martapura,
Sumatera Selatan.
Perkenalan
yang tiba-tiba itu menjadi akrab dengan diantarnya Tuti dan Maria pulang ke
rumah. Bagi Yusuf, pertemuan itu berkesan cukup mendalam. Ia selalu teringat
dengan kedua gadis tersebut, terutama Maria. Kepada gadis lincah inilah
perhatian Yusuf lebih banyak tercurahkan. Menurutnya, wajah Maria yang cerah
dan berseri-seri, serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan
semangat hidup yang dinamis.
Esok harinya,
ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka, Yusuf bertemu lagi dengan Tuti
dan Maria di depan hotel Des Indes. Yusuf pun dengan senang hati menemani
keduanya berjalan-jalan. Di perjalanan, mereka bercakap-cakap sangat akrab,
terutama Maria dan Yusuf.
Sejak
perkenalan itu, hubungan antara Maria dan Yusuf menjadi hubungan cinta.
Sementara, Tuti tidak sempat memikirkan Yusuf karena kegiatan kongres-kongres
yang amat sering diikutinya sehingga perhatiannya tidak tercurah pada kenalan
baru mereka.Suatu ketika terjadi salah paham antara Tuti dan adiknya. Tuti
tidak ingin adiknya diperbudak oleh perasaan dan rasa rendah diri di muka
laki-laki. Ia ingin Maria tidak tergantung pada Yusuf karena hubungaan cinta
itu. Tuti menganggap sikap Maria yang amat mengharapkan Yusuf itulah yang
menyebabkan martabat kaum wanita justru direndahkan.Maria menjawab bahwa
pikiran Tuti itu mengandaikan bahwa hubungan percintaan selalu diperhitungkan
oleh hubungan fungsional. segala sesuatu ditimbang dan diukur dengan berbelit-belit.
Maria bahkan menyinggung dengan keras bahwa sikap yang dipilih kakaknya sebagai
penyebab putus dengan Hambalitunangannya. Pertengkaran itu berakibat jauh bagi
tuti. Ia mulai berpikir dan goyah pada sikap yang selama ini diyakininya. Sikap
tuti berangsur-angsur berubah. Di rumah pamannya dia menujukan rasa kasihnya
pada rukmini sepupunya, dia mulai memerhatikan kesenian sandiwara yang
dimainkan oleh adiknya dan yusuf. Tuti mulai dapat menghargai hal-hal yang duku
dianggapnya remeh. Selama itu baru di sadarinya bahwa apa yang di katakannya
dalam kongres-kongres atau apa yang dipikirkannya tidak terjadi dalam kehidupan
pribadinya. Ia mulai merasakan kesepiaan dalamkesendiriannya.Di tempatnya
bekarja, tuti mendapat teman baru, seorang guru muda
Perhatian Tuti
beralih pada Maria. Ia amat sedih dan khawatir akan keadaan adiknya. Yusuf yang
sering berkunjung ke Pacet secara kebetulan dan kemudian menjadi dekat pada
Tuti. Mereka berdua amat prihatin akan keadaan Maria
Keadaan Maria
berakhir dengan kematiannya. Sebelum meninggal Maria telah berpesan kepada Tuti
supaya kelak kalau jiwanya tidak terselamatkan, kakaknya bersedia menjadi istri
kekasihnya saat ini.
Tuti dan Yusuf
telah kehilangaan seseorang yang mereka kasihi bersama. Sepeninggal Maria, Tuti
merasakan bahwa Yusuf dapat dicintainya dengan tulus,demikian pula cinta Yusuf
pada Tuti. Sekarang Tuti merasa yakin bahwa Yusuf adalah calon suami yang baik
yang bisa dicintainya.
bernama
soepomo. Lambat laun perasaan cintanyabersemi. Namun proses itu tidak lama. Ia
kembali idealis. Selama menjadi kekasih soepomo sebenarnya disadarinya juga
bahwa hatinya tergerak bukan sikap yang tulus mencintai Soepomo. Ia yakin
sikapnya pada Soepomo hanyalah pelarian dari kesepiaan batin dan dari
kegoncangan pandangan-pandangannya semula. Ketika Soepomo akan mengambilnya
menjadi istrinya, Tuti harus memilih kawin atau tetap setia pada organisasi
Putri Sedar yang tidak dapat di tinggalkannya. Ia teringat peristiwa putusnya
hubungan pertunangannya dengan Hambali. Akhirnya Tuti tetap mengambil keputusan
ia harus meninggalkan Soepomo karena memang tidak di cintainya, walaupun usia
Tuti telah 27 tahun.Maria adiknya sakit parah. Ia terserang malaria, muntah
darah dan TBC. Keluarga Wiraatmaja akhirnya merelakan Maria di rawat di rumah
sakit Pacet.
3. Judul :
DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM
Penulis : Sutan takdir Alisjahbana
Tahun : 1933
Agkatan : 30- an
Suatu hari,
Yasin, seorang pemuda yatim yang miskin secara kebetulan bertemu dengan seorang
gadis cantik, putri seorang bangsawan Palembang. Pada saat itu, gadis cantik
yang bernama Molek itu, sedang bersantai-santai di serambi rumahnya yang mewah
di dekat sungai. Rupanya si cantik itu jatuh cinta pada pandangan pertama
kepada Yasin. Demikian pula halnya dengan Yasin. Namun, hubungan cinta mereka
tidak mungkin dapat diwujudkan sebab perbedaan status sosial yang mencolok
antara keduanya.
Baik Yasin
maupun Molek sama-sama menyadari akan kenyataan itu, namun cinta kasih mereka
yang selalu bergejolak itu mengabaikan kenyataan itu. Itulah sebabnya cinta
mereka dilangsungkan melalui surat. Semua kerinduan mereka tumbuh dalam kertas.
Pada suatu
hari Yasin bertekad untuk mengakhiri hubungan cinta mereka yang selalu
dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu. Dia hendak melamar Molek secara
terang-terangan. Kemuadian pemuda itu memberitahukan niatnya kepada ibunya dan
seluruh kerabatnya. Keluarga Yasin pun berembuk dan dengan segala
kesederhanaannya, mereka melamar Molek. Namun, maksud kedatangan mereka ditolak
oleh keluarga Molek karena mereka berasal dari keluarga dusun yang miskin.
Mereka bahkan menghina dan menyindir keluarga Yasin sehingga rombongan itu
pulang dengan membawa segudang rasa malu dan kesal.
Tak lama
kemudian keluarga Molek didatangi oleh Sayid, seorang saudagar tua keturunan
Arab yang kaya raya. Lelaki tua itu bermaksud untuk melamar Molek. Orangtua
Molek yang materialistis itu langsung memutuskan untuk menerima lamaran Sayid.
Sekalipun Molek menolak lamaran itu, perkawinan antara keduanya pun tetap
berlangsung. Kehidupan perkawinan mereka tidak membawa kebahagiaan bagi Molek
karena ia tidak mencintai Sayid. Ia pun mengetahui kalau tujuan Sayid
menikahinya hanyalah karena harta ayahnya saja. Selain itu, perlakuan Sayid
terhadapnya pun sangat kasar. Itulah sebabnya ia selalu menceritakan kegalauan,
kesedihan, dan kerinduannya terhadap Yasin melalui surat-suratnya.
Ketika
mengetahui pujaan hatinya hidup menderita dan juga karena kerinduannya yang
semakin mendalam terhadap kekasihnya itu, Yasin mencoba menemui Molek di
Palembang dengan menyamar sebagai seorang pedagang nanas. Namun pertemuan itu
ternyata merupakan pertemuan terakhir mereka karena Molek yang sangat memendam
kerinduan kepada Yasin itu akhirnya meninggal dunia.
4. Judul :
KALAU TAK UNTUNG
Penulis : Sariamin Ssmail
Angkatan : 30 - an
Rasmani dan
Masrul adalah dua orang sahabat karib. Persahabatan yang dimulai sejak mereka
duduk dibangku sekolah dasar itu menimbulkan perasaan lain didiri Rasmani.
Diam-diam dia mencintai pemuda yang begitu menyayanginya dan memanjakanya itu.
Ketika Masrul harus pindah ke Painan untuk bekerja, Rasmani dengan berat hati
melepaskanya. Perasaan ini pun dirasakan oleh Masrul. Surat pertama yang
diterima Rasmani dan Masrul, setelah beberapa hari mereka berpisah, membuatnya
tak percaya. Guru yang mengajar di desanya ini menduga akan mendapatkan berita
yang menggembirakan, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Dalam suratnya,
Masrul mengatakan bahwa dia harus menikah dengan Aminah, anak mamaknya, dua
tahun setelah ia mendapatkan banyak pengetahuan di Painan. Masrul melakukan itu
karena terpaksa. Ia harus menuruti keinginan kaum kerabatnya, terutama ibunya.
Demi kebaikan Masrul, Rasmani menerima sikap Masrul walaupun dengan menahan
perasaannya yang sakit. Diperantauan, Masrul bekerja sebagai juru tulis. Ia
mendapat tawaran dari Guru Kepala untuk menikahi anaknya yang bernama Muslina.
Pada mulanya, Masrul menolak karena ternyata hati kecilnya lebih tertarik pada
Rasmani yang telah lama dikenalnya. Selain itu, ia juga merasa tidak enak
kepada Aminah dan kaum kerabatnya apabila ia mengingkari janjinya. Akan tetapi,
karena kepintaran Guru Kepala dan istrinya itu mendesak Masrul, akhirnya Masrul
menerima tawaran itu. Keputusan Masrul untuk menikah dengan Muslina membuat
kaum kerabatnya kecewa dan marah besar. Perasaan Rasmani sendiri begitu kacau.
” Bagaimana hati Rasmani ketika menerima surat Masrul yang mengatakan beristri
itu, tak cukup rasanya perkataan dalam bahasa yang kan mewartakanya karena
ketika itulah ia tahu benar dan insyaf bahasa ia cinta kepada Masrul.” Kehidupan
rumah tangga Masrul dengan Muslina yang sudah membuahkan seorang anak, ternyata
tidak berjalan serasi. Keduanya sering terjadi percecokan. Hal itu disebabkan
tidak dihargainya Masrul sebagai seorang suami. Akibatnya, Masrul sering tidak
pulang kerumahnya. Ia menghabiskan waktunya dengan bermabuk-mabukan. Keadaan
yang semakin memburuk dan tidak dan tidak ada tanda-tanda terselamatkan,
membuat Masrul berpikir untuk menceraikan Muslina. Jawabanya pun tidak
memuaskan hatinya sehingga keputusan cerai mutlak dilakukan. Sementara itu,
Rasmani yang sudah berkeinginan untuk tidak menikah setelah pujaan hatinya
menikah dengan orang lain, bertambah hancur hatinya. Ia tidak bisa melawan rasa
cintanya pada Masrul walaupun berbagai usaha dilakukanya, termasuk mengizinkan
Masrul menikah dengan Muslina, keputusan yang sebenarnya bertentangan dengan
hati nurani. Hal ini ditambah lagi dengan pernyataan Masrul belakangan, yang
mengatakan bahwa selama ini hidupnya tidak beruntung dan sebetulnya ia
mencintai Rasmani. “Api yang telah hampir padam itu, mulailah kembali
memperlihatkan cahayanya, menyala makin lama, makin besar. Kenyataan yang tidak
diduga oleh Rasmani dan keluarganya adalah ketika Masrul muncul di kediamanya
di Bukitinggi. Semua kejadian diceritakan oleh Masrul yang membuat Rasmani
begitu sedih dengan penderitaan kekasihnya itu. Beberapa waktu kemudian, Masrul
melamar Rasmani. Namun, sebelum mewujudkan pernikahanya, ia meminta izin untuk
mencari pekerjaan terlebih dahulu karena sebelumnya ia telah mengundurkan diri
dari pekerjaanya di Painan. Masrul ingin mencari pekerjaan di Medan, dengan
harapan akan lebih cepat bekerja dengan bantuan adik Engku Rasad, teman baiknya
di Painan. Akan tetapi sampai beberapa bulan lamanya, Masrul belum juga
mendapatkan pekerjaan dan berita keadaan dirinya tak pernah dikabarkan kepada
Rasmani. Hal ini membuat Rasmani berkecil hati dan menganggap Masrul tidak
setia. Rasa putus asa Rasmani bertambah-tambah setelah Masrul mengatakan bahwa
Rasmani tidak usah menunggunya kalau ada orang lain mencintainya, dalam
suratnya yang datang kemudian. Keputusan Masrul itu membuat Rasmani jatuh
sakit. Rupanya sakit Rasmani yang hmpir sembuh dengan kedatangan Dalipah,
kakaknya yang selalu mendampinginya dalam kesedihan, kambuh lagi karena
dikabarkan bahwa Masrul berhasil mendapatkan pekerjaan dan membatalkan
keputusan yang dulu disampaikan kepada Rasmani melalui surat yang datang
menyusul. “Surat yang membawa kabara baik itu rupanya lebih mengejutkan Rasmani
dan lebih merusakan jantungnya yang telah luka itu, dari surat yang dahulu.
Rasmani akhirnya meninggal tanpa disaksikan Masrul yang datang terlambat.
5. Judul :
Tenggelamnya Kapal van der Wijck
Penulis : Hamka
Angkatan : 30- an ( Pujangga Baru )
Semenjak usia
9 bulan, Zainuddin sudah ditinggal meninggal oleh ibunya Daeng Habibah. Disusul
ayahnya Pendekar Sutan tidak lama kemudian. Mak Base-lah yang merawat dan
membesarkan Zainuddin. Zainuddin lantas pergi ke Padang untuk mencari keluarga
ayahnya di Desa Batipuh, Padang. Di kota ini, Zainudding tinggal di rumah Made
Jamilah, yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan ayahnya. Sebagai
pendatang dari Makassar, Zainuddin merasa asing di Padang. Suatu hari,
Zainuddin bertemu dengan seorang gadis yang berhasil mencuri hatinya. Dia adalah
Hajati. Zainuddin jatuh hati pada Hajati pada pandangan pertama, ketika dirinya
meminjamkan payung pada gadis tersebut. Setelah itu hubungan mereka makin lama
makin akrab. Tak pelak hal ini menuai gunjingan dari orang-orang Batipuh. Demi
menjaga nama baik semuanya, ibunda Hajati meminta Zainuddin untuk meninggalkan
Batipuh. Dengan terpaksa, Zainuddin pergi ke Padang Panjang. Sebelum Zainuddin
pergi, Hajati sempat menyatakan bila hatinya hanya untuk Zainuddin. Hal inilah
yang kelak membuat Zainuddin kembali pada Hajati.Setelah beberapa waktu di
Padang Panjang, Hajati bertandang ke Padang Panjang atas undangan Chadidjah.
Mereka mau menonton pacuan kuda. Di sinilah, Zainuddin hendak menemui Hajati.
Sayang, beberapa hal membuat keduanya tidak bertemu. Kecuali, saling pandang
selama beberapa waktu. Chadidjah mengejek cara Zainuddin dan Hajati bertemu.
Chadidjah sebenarnya punya niat untuk menjodohkan kakak perempuannya dengan
Zainuddin. Selang beberapa waktu Mak Base di Padang meninggal. Zainuddin pun
menerima warisan yang cukup berlimpah. Karena, ucapan Hajati dulu, Zainuddin
pun mengirimkan sepucuk surat yang intinya berisi bahwa dirinya melamar Hajati.
Di saat bersamaan, Hajati juga sedang menghadapi pinangan seorang pria bernama
Aziz. Pada akhirnya, Hajati harus menolak lamaran Zainuddin dan lebih memilih
Aziz sebagai pendamping hidup. Penolakan tersebut membuat kecewa Zainuddin.
Sampai-sampai dia jatuh sakit. Berkat motivasi yang diberikan oleh Muluk, anak
dari ibu kosnya, Zainuddin berhasil move on. Bersama Muluk, Zainuddin merantau
ke Jakarta untuk mengadu peruntungan. Di Jakarta, tak dinyana, Zainuddin sukses
menjadi penulis terkenal dengan nama pena “Z”. Di sana juga, Zainuddin
mendirikan grup tonil (musik) bernama Andalas. Kehidupan Zainuddin secara ekonomi
pun membaik. Setelah ke Jakarta, Zainuddin hijrah kembali. Kota yang ditujunya
kali ini adalah Surabaya. Di kota ini, Zainuddin memutuskan untuk membuka
penerbitan.Ketika Zainuddin sukses di Surabaya, Hajati juga sedang berada di
Surabaya mengikuti Aziz. Tuntutan pekerjaan mengharuskan Aziz berada di
Surabaya. Aziz dan Hajati kemudian diundang ke pertunjukan tonil yang dihelat
oleh Zainuddin. Saat itu, Zainuddin lebih dikenal dengan nama Tuan Shabir.
Hubungan ketiganya baik-baik saja. Pada perkembangan selanjutnya, Aziz harus
menghadapi pemecatan. Demi mencukupi kebutuhan ekonomi keduanya mesti banting
tulang sana-sini. Bahkan, mereka harus keluar-masuk dari rumah kontrakan ke
rumah kontrakan lainnya. Sementara, barang-barang mereka habis untuk melunasi utang-utang
yang menumpuk. Selama di Surabaya, setelah dipecat, Aziz mulai menunjukkan
tanda-tanda kurang baik. Dia mulai suka main perempuan, berjudi, dan
mabuk-mabukan. Bahkan secara terang-terangan, Aziz menyatakan sudah tidak lagi
mencintai Hajati. Zainuddin kemudian menawarkan keduanya untuk menumpang
tinggal di rumahnya.Sebulan tinggal di rumah Zainuddin, Aziz pergi begitu saja
ke Banyuwangi dan meninggalkan Hajati sendirian. Sebagai bujangan, Zainuddin
lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah. Karena itu, dia jarang bisa
bertemu Hajati. Suatu hari, Muluk memberitahu Hajati bahwa sebenarnya Zainuddin
masih mencintai Hajati. Bahkan di kamar kerja Zainuddin masih terpampang foto
Hajati.Beberapa waktu berselang, sebuah berita mengejutkan datang kepada Hajati.
Berita itu mengabarkan bahwa secara sepihak Aziz sudah menceraikan Hajati. Dia
juga meminta Hajati untuk tinggal bersama Zainuddin (maksudnya menikah). Di
Koran nasional, kemudian diwartakan jika Aziz sudah mati bunuh diri dengan cara
meminum pil tidur banyak-banyak. Jasad Aziz ditemukan di sebuah hotel di
Banyuwangi.Sebenarnya, Hajati juga masih menyimpan perasaan terhadap Zainuddin.
Dan setelah Aziz menceraikannya dan meninggal pula, Hajati meminta Zainuddin
untuk mengganggapnya apapun asal bisa tinggal satu atap dengannya. Permintaan
itu justru membuat Zainuddin berang. Dia bahkan mengungkit-ungkit soal betapa
kecewanya dia waktu lamarannya ditolak Hajati dulu. Hajati pun hendak pergi ke
Jakarta naik kapal Van Der Wijck. Seperginya Hajati, Zainuddin sadar jika
dirinya sebenarnya tidak bisa hidup tanpa Hajati. Karenaitu,dia menyusulnya
naik kereta api saat itu juga. Zainuddin berharap bisa bertemu Hajati untuk
mengungkapkan perasaannya.Sayang, harapan Zainuddin tinggallah harapan saja.
Sebab, kapal Van Der Wijck yang ditumpangi Hajati karam di dekat Tuban. Hajati
sendiri ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Jenazahnya kemudian dimakamkan
di Surabaya.Setelah Hajati meninggal, kondisi kesehatan Zainuddin memburuk.
Hingga, akhirnya dia meninggal dunia. Jenazah Zainuddin dimakamkan di sebelah
makam Hajati.
6. Judul :
Anak Perawan di Sarang Penyamun Penulis : SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA Angkatan :
30 –An ( Pujangga Baru )
Diceritakan
tokoh Medasing adalah ketua segerombolan perampok. Suatu hari Medasing dan
gerombolannya menyerang rombongan Haji Sahak. Mereka berhasil membunuh Haji
Sahak dan beberapa anggotanya, istri Haji Sahak tidak meninggal akan tetapi
sakit parah. Sedangkan Sayu, putri Haji Sahak dibawa oleh Medasing beserta
Harta Haji Sahak ke markas mereka.
Sayu hanya
bisa menangis meratapi nasibnya. Suatu hari Sayu melarikan diri ketika para
penyamun terlelap tidur dan Sayu berhenti di tengah hutan. Sadar akan usaha
yang sia-sia, Sayu beristirahat di bawah pohon dan pasrah.
Datanglah
Samad yang bertugas menjadi mata-mata dari gerombolan penyamun tersebut. Ia
bermaksud mengambil bagian dari harta rampokan mereka dan di tengah
perjalanannya ia bertemu Sayu. Kecantikan Sayu membuatnya tertarik dan berniat
melarikan diri bersama Sayu dengan membawa seluruh harta rampokan mereka.
Datanglah ia
ke sarang penyamun untuk mengambil harta curian. Namun sampai disana, Samad
mendapati Medasing yang telah bangun dan akhirnya mengurungkan niatnya.
Medasing menyadari hilangnya Sayu dan langsung pergi mencari Sayu. Akhirnya
Sayu ditemukan.
Waktu semakin
berlalu dan Sayu mulai terbiasa hidup dengan para penyamun dan Samad semakin
lama semakin menginginkan Sayu. Timbullah pikiran licik pada diri Samad. Suatu
ketika Samad memberikan informasi kepada Medasing bahwa akan datang Saudagar
kaya raya ke Pagar Alam padahal yang akan datang bukanlah Saudagar kaya akan
tetapi sekelompok serdadu yang membawa persenjataan lengkap untuk kepentingan
militer di tanah Pasemah. Pada saat menjalankan aksinya Tusin tewas tertembus
peluru salah satu serdadu. Sementara itu Samad melarikan diri. Akhirnya
Medasing dan Sanip kembali kepondok tanpa membawa hasil.
Suatu ketika
Medasing dan Sanip pergi berburu, namun mereka terjatuh ke jurang ketika tengah
mengejar buruan. Medasing terluka parah sedangkan Sanip meninggal dunia. Dengan
hati bersedih karena Sanip meninggal dunia, Medasing akhirnya sampai di Pondok
para penyamun. Medasing dirawat oleh Sayu. Kini tinggal Sayu dan Medasing yang
ada di tempat tersebut. Suatu hari persediaan makan mereka hampir habis dan
akhirnya mereka pergi ke rumah Sayu. Namun sampai disana ternyata rumah
tersebut sudah bukan milik orang tua Sayu lagi dan mereka diberitahu alamat Ibu
Sayu sekarang. Datanglah mereka ke tempat tersebut dan menemui Ibu Sayu yang
tengah sakit. Pertemuan tersebut adalah pertemuan terakhir. Melihat kejadian
tersebut, Medasing pergi dan menyadari bahwa tindakannya selama ini adalah
salah. Ia menyadari betapa kejamnya dirinya selama ini. Suatu ketika Medasing
pulang dari tanah suci. Ia taubat. Akhirnya ia menikah dengan Sayu dan hidup
bahagia.
7. Judul :
KARENA KERENDAHAN BOEDI
Penulis : SAID DAENG MUNTU
Angkatan : 30- an ( Pujangga Baru )
Nuripah yang
baru menginjak tingkat dua di A.M.S Jakarta itu, tiba-tiba dipanggil pulang
oleh kedua orang tuanya di kampung. Karena mereka hendak menikahkan Nuripah
dengan seorang kepala suku, yaitu Arung Mallawa. Walaupun, dalam hatinya
menolak dan lagi pula di sudah mempunyai pacar di Jakarta, yaitu Yunus. Namun,
karena hormat dengan orang tuanya dia terpaksa pulang dan kemudian terpaksa
menikahdengan Arung Mallawa. Sebaliknya, Yunus pun rupanya telah dijodohkan
oleh orangtuanya. Yunus hendak dijodohkan dengan gadis Minangkabau. Di
Minahasa, Nuripah karena tidak bahagia menikah dengan Arung. Rupanya, dia
bergaul erat dengan Mondouw. Dia adalah seorang pemuda modern yang bersekolah
di sekolah pertanian Bogor. Nuripah ternyata jatuh hati de dengan
Mondouw.Begitu punsebaliknya, Mondouw pun juga mencintai Nuripah. Malah,
Mondouw berjanji akan melarikan Nuripah dari cengkraman Arung, ke Menado dan
disana mereka akan menikah.Untuk kelancaran mereka, Mondouw memutuskan untuk
berangkat terlebih dahulu ke Menado. Sedangkan, Nuripah untuk sementara waktu
menunggu dulu di Makassar. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Nuripah
menerima kabar juga dari Mondouw yang telah dinanti nantinya itu. Namun sayang,
berita yang didapatnya ternyata bukan kabar bahagia melainkan kabar pahit.
Mondouw meminta maaf sebab dia telah dipaksakan kawin oleh kedua orang tuanya
dengangadis pilihan orang tuanya di Menado. Hati Nuripah begitu hancur lebur
dan tak menentu. Hidup Nuripah di Makassar terlunta-lunta. Dia tidak punya
pegangan lagi, suami dan anaknya telah ia tinggalkan karena saran Mondouw
beberapa waktu lalu.Sudah beberapa bulan rumah kontrakannya tidak ia bayar.
Bakareng, si tuan rumah yang kaya itu sudah hendak mengusir nya. Namun entah
kenapa, Bakareng membatalkannya. Sebab setelah berpapasan muka dengan Nuripah.
Bakareng kaya yang sudah tua itu mal ah jatuh cinta dengan Nuripah. Kesempatan
ini tidak disia-siakan oleh Nuripah. Nuripah yang terlantung-lantung dan putus
asa itu, betul-betul memanfaatkan Bakareng. Dengan segala bujukan dan rayuan,
Nuripah akhirnya dapat memanfaatkan uangBakareng untuk pergi ke Pulau Jawa. Di
Pulau Jawa, Nuripah hidup dari hotel ke hotel sebagai wanita panggilan. Uang
Bakareng tua itu sudah ludes diperas oleh Nuripah. Namun rupanya, sebagai
seorang perempuan yang tadinya merupakan keturunan baik-b aik, Nuripah
sebenarnya pernah juga berusaha untuk menghentikan tingkah lakunya yang jelek
itu. Dia hendak kembali ke jalan yang lurus, serta menjadi ibu yang baik. Dia
begitu rindu kepada Bakhtiar anaknya itu. Walaupun dia telah berusaha, namun
karena nasibnya harus begitu sampai dengan akhir khayatnya. Nuripah terus
sajadi jalan yang tidak benar. Dia menjadi perempuan panggilan. Dia sangat
frustasi sebab walaupun sampai pernah memelas dan hendak mencium kaki bekas
suaminya sewaktu di Surabaya. Agar dia masih bisa diterima kembali sebagai
istrinya ataupun hanya sebagai inang pengasuh bagi anaknya. Namun betapa hancur
Nuripah,sebab jangankan sampai bisa kembali lagi sebagai seorang istri maupun
sebagai inang bagi anak kandungnya sendiri,. Segala kesalahannya dulu tidak
dimaafkan oleh suaminya.Sungguh kasihan dan perihnya hidup Nuripah
8. Judul : TAK
PUTUS DIRUNDUNG MALANG
Penulis : S. Takdir Alisjbhana
Angkatan : 30- an ( Pujangga Baru )
Novel ini
mengisahkan kehidupan dua bersaudara, Mansur dan Laminah, kakak-adik, anak dari
Madang. Mereka sejak kecil ditinggal ibu. Lalu ayah meninggal saat mereka sang
Kakak kira-kira berumur 8-9 tahunan. Sang adik masih kecil. Sejak kepergian
ayah, mereka tinggal dengan Tante. Di situ mereka hidup tidak tenang. Mansur
dipaksa bekerja keras, menggembala di padang, dan mencari kayu bakar. Sedangkan
adik, Laminah, dipaksa menjaga sepupunya yang masih kecil. Sewaktu masih ada
ayah, mereka hidup bahagia. Ayah sering memungut durian atau mencari ikan di
sungai. Mereka menunggu di rumah. Mereka juga ikut ayah menjual durian ke ujung
sungai. Pergi dengan rakit yang bergerak dengan arus sungai.Mereka juga sering
berkunjung ke rumah Tante yang berdekatan. Waktu itu Tante dan suaminya sayang
sama mereka. Mereka dimanja. Namun, ketika ayah tidak ada, sikap suami Tante
berubah. Dia menjadi bengis dan kadang-kadang tidak menaruh iba pada anak yatim
piatu itu. Laminah yang jadi korban, dipukul karena membuat anaknya luka.
Padahal anaknya menginjak pisau saat bermain dengan Laminah. Apa boleh buat,
sang kakak makin besar dan tangguh. Mereka berlindung di rumah sepasang
kakek-nenek yang amat sayang pada mereka sebelum berangkat ke Bengkulu untuk
mencari pekerjaan. Saya salut dengan kegigihan-perjuangan sang kaka beradik
dalam novel ini. Meski ini hanya novel, kisahnya membawa pesan perjuangan dan
kejujuran. Kedua nilai ini yang dihidupi kakak-beradik. Namun, saya tidak
begitu tertarik dengan novel ini. Sesuai judulnya, kisah kedua kakak-adik ini
berakhir tragis. Mereka selalu dirundung duka. Banyak cobaan hidup yang mereka
alami. Sampai akhirnya adik bunuh diri dengan cara mencebur ke laut karena
stres sang kakak dipenjarakan.Kemudian sang kakak kecewa karena harus hidup
sendiri. Baginya tidak ada arti kalau adik telah tiada. Dia pergi dengan kapal
lalu mencebur ke laut. Kru penyelamat kapal berusaha menolongnya namun gagal.
9. Judul :
Merantau Ke Deli
Penulis : HAMKA
Angkatan : 30- an (Pujangga Baru )
Merantau ke
deli adalah sebuah realitas zaman pada masa colonial. Sebuah tempat di daerah
sumatera utara yang memiliki lahan luas sebagai tempat utama perkebunan
tembakau. Tentu dalam fakta sejarah dituliskan para pekerja yang terdapat dalam
perkebunan tersebut adalah para perantau dari luar sumatra, yakni orang-orang
jawa dan cina. Sekelumit hamka menuliskan bagaimana kehidupan yang dirasakan
oleh orang-orang perkebunan sungguh miris dengan kondisi yang serba kritis.
Hanya sedikit orang-orang perkebunan yang bernasib mujur dapat menjadi mandor,
assistant, bahkan nyai. Poniem adalah salah satu pekerja yang beruntung
tersebut. Wajahnya yang sedikit cantik membuat ia dipelihara oleh belanda
dengan menjadi nyai. Sebuah istilah untuk mengatakan simpanan belanda. Poniem
yang memang sebatang kara dan bodoh kala tiba di deli hanya pasrah dengan
nasib. Kehidupan sebagai seorang nyai hanya melayani sang tuan saja. Nyai yang
melayani tuannya tidak harus dijadikan sebagai istri. Ibarat pepatah ia hanya
madu bunga yang cuma dihisap saja manisnya. Kepasrahan poniem lantas
mempertemukan dia dengan leman. Pedagang minang yang jatuh hati dengan poniem.
Walau ia telah menjadi nyai namun leman tetap bertekad untuk menjadikan poniem
sebagai istri yang sah. Dialektika ini terus terjadi kala poniem yang malu
dengan status nyai menolak ajakan leman untuk menikah. Sebaliknya leman yang
memang telah jatuh hati nekad untuk menanti jawaban poniem. Singkat cerita
poniem menerima cinta leman dan keluar dari perkebunan deli untuk menikah. Realitas
seorang nyai dan deli kini tuntas dalam benak keduanya. Seusai menikah keduanya
mencoba memulai kehidupan dengan menjadi pedagang. Jalan terjal dalam membangun
bahtera rumah tangga ditengah himpitan ekonomi kadang membuat leman putus asa.
Poniemlah yang mampu membawa suasana dalam bahtera tersebut menjadi hidup.
Poniem dengan budaya jawanya memiliki kesetian sedarah dengan sang suami.
Keduanya saling membahu hingga ahirnya ekonomi mereka membaik bahkan maju.
Dibantu dengan teman sejawat poniem yang melarikan diri dari deli lantas
menjadikan usaha mereka maju pesat. kemajuan pesat ini lah yang lantas
mengundang secara tiba-tiba sanak kerabat leman yang tiba-tiba datang. tentu
hal ini menjadi kebanggaan keduanya ketika kemasyuhran mereka telah terdengar
hingga kampung asal leman di minangkabau. tak ada gading yang tak retak,
mungkin inilah yang dicba dicari oelh sanak kerabat leman kala melihat leman
yang telah sukses dengan perdagangannya menikah dengan orang non minang.
apalagi keduanya belum mendapat seorang anak di tahun ke lima pernikahanya.
“Belum dianggap menikah orang tersebut, jika tidak dengan orang minang” latar
belakang poniem sebagai orang jawa dianggap asing di mata keluarga leman.
Apalgi poniem adalah buruh kebun yang tak jelas asal usul keluarganya. Hal ini
lah yang menjadi pisau untuk membuat celah dalam keluarga leman. Pada awalnya
sang kelaurga menyayangkan pernikahan leman yang tidak berjodoh dengan orang
jawa. Lantas dialnjutkan dengan asal usul keluarga yang tak jelas. Ahirnya pihak
keluarga menyuruh leman untuk menikah lagi dengan wanita minang pilihan
keluarganya. Leman yang awalnya menolak kemudian meragu kemudian menerima
usulan tersebut. Lain halnay dengan poniem yang sebenarnya menolak pernikahan
kedua sang suami hanya bisa mengelus dada karna memang tak punya kuasa.
Pernikahan tersebut berlangsung, leman membawanya ke medan tinggal serumah
dengan poniem. Maka sejak saat itu timbulah konflik antar dua wanita beda suku
tersebut. Poniem yang dipandang sebelah mata oleh istri muda memang tak juga
mendapat perhatian dari leman. Konflik memuncak kala poniem bersitegang dengan
istri muda dan ahirnya leman memilih istri mudanya dan menceraikan poniem.
Hidup sebatang kara dan terusir dari rumah yang dibangun bersama dengan leman
membuat poniem semakin duka dengan nasibnya. Bersama teman sejawatnya paijo
poniem memilih menjauh ke medan dan membuka usaha untuk menyambung hidup.
Berbekal pengalaman dan keuletan bersama usaha mereka pun maju pesat,
sebaliknya leman yang ditinggal sang istri pertama mulai merasakan pailit
akibat tidak mampu mengatur manajemen perdagangannya, leman pun bangkrut. Ahir
cerita poniem menikah dengan paijo.
10. Judul :
Katak Hendak Jadi Lembu
Pengarang :
N.St.Iskandar
Terbitan :
1935
Suria namanya.
Seorang laki-laki yang sangat angkuh, kasar, pongah, serta suka berfoya-foya.
Sebenarnya ayah dari Zubaedah istrinya yaitu Haji Hasbullah tidak mengehendaki
anaknya menikah dengan Suria, akan tetapi mengingat bahwa yang meminta Zubaedah
adalah sahabatnya sendiri yaitu Haji Zakaria, maka dinikahkan lah Zubaedah
anaknya itu dengan Suria anak dari sahabatnya. Benar saja, ketika orang tua
Suria meninggal dunia, ia semakin parah sifatnya. Suka berfoya-foya dan
menghabiskan harta warisan ayanhya sampai ia tidak memperhatikan Zubaedah.
Selama tiga tahun ia meninggalkan istrnya yang sedang mengandung sampai
melahirkan anak pertamanya yaitu Abdulhalim. Setelah Abdulhalim lahir, Suria
kembali dan meminta maaf kepada Zubaedah karena telah meninggalkannya. Dan
Suria kembali karena harta warisan ayahnya sudah habis. Permohonan maaf itu
dikabulkan oleh Zubaedah dengan harapan agar suaminya benar-benar telah
menyesal dan tidak memperlakukan dia seperti itu lagi.
Sifat Suria
mulai berubah menjadi bertanggung jawab dan membaik. Dia bekerja di Residenan
Kabupaten. Ia menjadi seorang juru tulis yang berpenghasilan pas-pasan yang
tidak cukup untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Sehingga, anak pertamanya
yaitu Abdulhalim disekolahkan oleh orangtua Zubaedah. Lama-kelamaan sifat Suria
kembali seperti semula menjadi angkuh dan merasa dirinya adalah bangsawan
muncul kembali. Ia tak ingin kalah dengan mertuanya yang bisa menyekolahkan
Abdulhalim, maka ia menyekolahkan anak kedua dan ketiga nya yaitu Saleh dan
Aminah di sekolah HIS Bandung. Sebenarnya Zubaedah kurang setuju dengan
penempatan keduan anaknya itu di HIS, karena biaya yang dibutuhkan sangat
besar. Untuk makan saja mereka susah, apalagi ditambah tanggungan anak-anaknya
yang sekolah di HIS. Tetapi, Suria menanggapi dengan biasa, santai dan
tenang-tenang saja. Dia dmerdasadd mendjadi orang yang disegani dan dihormati
di kampungnya, sehngga ia menyekolahkan anak-anak nya di HIS, agar ia dipandang
sebagai keluarga yang kaya dan tidak miskin. Mengingat bahwa biaya anak-anak
mereka yaitu Saleh dan Aminah yang sedang bersekolah di sekolah HIS yang
biayanya tidak kecil. Sehingga, Zubaedah sering mengirim surat kepada orang
tuanya agar mau mengirimkan uang untuk membayar sekolah, untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari dan membayar hutang-hutangnya. Tetapi, Zubaedah rikuh
untuk meminta kepada kedua orang tuanya itu terus-terusan. Dan anehnya Suria
tetap saja tenang.
Hampir setiap
hari penagih hutang datang ke rumahnya. Dan Zubaedah sangat pusing dan bingung
bagaimana menghadapi mereka. Sehingga ia seringkali menyuruh anak-anaknya atau
pembantunya mengatakan bahwa ia sedang tidur atau tidak berada di rumah.
Akhirnya dia memutuskan untuk berhemat. Walaupun keputusan Zubaedah itu sangat
ditentang oleh Suria yang hidupnya terbiasa dengan foya-foya tanpa memikirkan
keluarganya, tetapi Zubaedah berusaha untuk menerapkan itu. Suria yang tidak
suka dengan hidup hemat yang diterapkan oleh Zubaedah, mempunyai cara untuk
menambah penghasilannya dengan melamar pekerjaan yang lebih rendah jabatannya
tetapi lebih besari gajinya.
Saingan dalam
melamar jabatan baru Suria adalah pegawai magang muda yang baru beberapa bulan
masuk di kantornya. Terlihat sekali bagaimana cakap dan ulrtnya pemuda itu,
semua orang menyanjung nya, tetapi tidak dengan Suria. Ia tidak suka dengan
pegawai yang bernama Kosim itu. Dalam menunggu keputusan akhir bahwa ia akan
diterima tau tidak surat lamaran itu. Ia sangat optimis dapat mengalahkan
Kosim. Sehingga ia berani mengikuti dan membeli barang-barang yang dilelangkan
oleh atasan di kantornya. Suria tidak memelinya dengan tunai, melainkan dengan
berhutang, sehingga tambah bertumpuklah hutang-hutang Suria sebelum pekerjaan
itu diterimanya. Pada saat mendengar bahwa Kosim lah yang dapat menduduki
jabatan itu, Suria sangat kecewa sekali, sehingga ia tidak semangat dalam
bekerja. Kosim tidak hanya membuat ia gagal dalam melamar jabatan itu, ia juga
akan menikah dengan seorang anak gadis dari seorang Haji dari desa Rancapurut
yang sangat ingin dinikahinya, walaupun ia sudah memiliki istri dan anak.
Pekerjaan Suria pun berantakan dan tidak aturan. Sampai pada akhirnya ia
dipanggil oleh atasannya yang bertanya apakah yang menyebabkan ia seperti ini
dan Suria menjawab semuanya. Dan ia pun meminta untuk segera berhenti dari
pekerjaannya. Setelah perbincangan itu, atasan Suria mengecek buku kas
kabupaten, ternyata ada yang ganjil di dalamnya, Suria pun dipanggil dan
dimintai penjelasan akan hal itu. Ternyata Suria memakai uang kas itu untuk
membayar hutang-hutangnya. Dan sudah jelas bahwa sebelum Suria ketahuan memakai
uang ka situ, ia sudah meminta berhenti bekerja.
Sumber: http://adimassutrisno72.blogspot.co.id/2015/03/20-sinopsis-novel-angkatan-20-dan-30.html